6 Jenis Teriakan Manusia, Mana yang Lebih Unggul?
Primata non-manusia dan spesies mamalia lainnya sering menggunakan suara teriakan saat terlibat dalam konflik sosial atau untuk menandakan keberadaan predator dan ancaman lainnya. Sementara manusia juga berteriak untuk menandakan bahaya atau mengomunikasikan agresi, mereka berteriak saat mengalami emosi yang kuat seperti keputusasaan ataupun kegembiraan. Namun, penelitian sebelumnya tentang topik ini sebagian besar berfokus pada jeritan ketakutan yang mengkhawatirkan.
Manusia merespons jeritan positif lebih cepat dan dengan kepekaan yang lebih tinggi
Pemrosesan kognitif dari jeritan gembira lebih efisien
Tim peneliti melakukan empat eksperimen untuk studi mereka. Dua belas peserta diminta untuk menyuarakan teriakan positif dan negatif yang mungkin ditimbulkan oleh berbagai situasi. Sekelompok individu yang berbeda menilai sifat emosional dari jeritan dan mengklasifikasikannya ke dalam kategori yang berbeda. Saat peserta mendengarkan jeritan, aktivitas otak mereka menjalani pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) untuk memantau bagaimana mereka merasakan, mengenali, memproses, dan mengkategorikan suara. “Bagian otak frontal, auditori, dan limbik menunjukkan lebih banyak aktivitas dan konektivitas saraf saat mendengar jeritan non-alarm daripada saat memproses panggilan jeritan alarm,” jelas Frühholz.
Lingkungan sosial yang lebih kompleks telah mengubah prioritas neurokognitif
Sebelumnya diasumsikan bahwa sistem kognitif manusia dan primata dirancang khusus untuk mengenali ancaman dan sinyal bahaya dalam bentuk jeritan. Berbeda dengan primata dan spesies hewan lainnya, bagaimanapun, teriakan manusia tampaknya menjadi lebih beragam selama evolusi manusia – sesuatu yang dianggap Frühholz sebagai lompatan besar evolusi. “Sangat mungkin bahwa hanya manusia yang berteriak untuk menandakan emosi positif seperti kegembiraan atau kesenangan yang luar biasa. Dan tidak seperti panggilan alarm, jeritan positif menjadi semakin penting dari waktu ke waktu,” katanya. Para peneliti menyarankan bahwa ini mungkin karena tuntutan komunikatif yang dibawa oleh lingkungan sosial manusia yang semakin kompleks.
Jurnal Referensi:
- Sascha Frühholz, Matthias Staib, Joris Dietziker, Wiebke Trost. 2021. Neurocognitive processing efficiency for discriminating human non-alarm rather than alarm scream calls. PLOS Biology, 2021; 19 (4): e3000751 DOI: 10.1371/journal.pbio.3000751
Post a Comment for "6 Jenis Teriakan Manusia, Mana yang Lebih Unggul?"
Post a Comment