Sains: Apakah Memberi Lebih Baik daripada Menerima?
Ada orang bahagia karena memiliki dan ada orang yang bahagia karena bisa memberi, seperti menemukan bunga ditepi jalan, bagi ia yang bahagia karena memiliki ia akan mengambil bunga tersebut untuk dibawa pulang agar bisa menikmatinya sepanjang waktu, tapi bagi ia yang bahagia karena bisa memberi, ia akan merawat dan menjaga bunga tersebut agar setiap orang yang lewat bisa mencium aroma dan melihat keindahannya, (Habiburrahma el shirazy).
Bukan hal asing, kita sering mendengar pepatah lama yang mengatakan bahwa lebih baik memberi daripada menerima, tapi apakah ini sekedar perkataan bijak agar bermurah hati? Atau kata yang dipopulerkan oleh para muslim? ‘tangan di atas lebih baik daripada tangan dibawah’.
Bagaimana sifat berbagi terbentuk?
Subuah studi laboratorium oleh ilmuan University of California, dua sesi penelitian melibatkan 74 anak usia 4 tahun atau usia prasekolah dan ibu mereka yang kemudian diundang kembali dua tahun kemudian. Studi ini dipublikasikan pada November di Frontiers in Psychology: Emotion Science. Rekan penulis adalah Jonas G. Miller, Departemen Psikiatri dan Ilmu Perilaku, Universitas Stanford (yang merupakan mahasiswa doktoral UC Davis saat studi ini ditulis); Sarah Kahle dari Departemen Psikiatri dan Ilmu Perilaku, UC Davis; dan Natalie R. Troxel.
“Pada kedua usia, anak-anak dengan regulasi fisiologis yang lebih baik dan dengan ibu yang mengungkapkan cinta kasih yang lebih kuat cenderung suka berbagi, menyumbangkan lebih banyak dari pendapatan mereka,” kata Paul Hastings, profesor psikologi UC Davis dan mentor dari mahasiswa doktoral yang memimpin penelitian. “Para ibu yang penyayang kemungkinan besar mengembangkan hubungan dekat secara emosional dengan anak-anak mereka sambil juga memberikan contoh awal orientasi prososial terhadap kebutuhan orang lain,” kata peneliti dalam studi tersebut.
Dalam setiap latihan lab, setelah memasang monitor untuk merekam aktivitas detak jantung anak-anak, penguji memberi tahu anak-anak bahwa mereka akan mendapatkan token atau kupon untuk setiap aktivitas, dan token tersebut dapat ditukar untuk mendapatkan hadiah. Kemudian sebelum sesi berakhir, anak-anak diberitahu bahwa mereka dapat mendonasikan seluruh atau sebagian token mereka kepada anak-anak lain (pada contoh pertama, mereka diberitahu ini untuk anak-anak sakit yang tidak dapat datang dan bermain, dan pada contoh kedua , mereka diberi tahu bahwa anak-anak itu mengalami kesulitan.)
Pada saat yang sama, para ibu menjawab pertanyaan tentang cinta kasih mereka kepada anak-anak mereka dan orang lain pada umumnya. Para ibu memilih frase dalam sebuah survei seperti:
“Saya lebih suka terlibat dalam tindakan yang membantu anak saya daripada terlibat dalam tindakan yang akan membantu saya.”
“Mereka yang saya kenal melalui pekerjaan dan kehidupan publik saya, saya akan berada di sana jika mereka membutuhkan saya.”
“Saya lebih suka menderita sendiri daripada melihat orang lain (orang asing) menderita.”
Secara keseluruhan, temuan menunjukkan bahwa kemurahan hati anak-anak didukung oleh kombinasi pengalaman sosialisasi mereka, kasih sayang ibu mereka dan regulasi fisiologis mereka, dan bahwa ini bekerja seperti “dukungan internal dan eksternal untuk kapasitas untuk bertindak secara prososial yang membangun satu sama lain. “
Manfaat berbagi menurut penelitian ini
Selain mengamati kecenderungan anak-anak untuk berbagi, para peneliti mengamati bahwa menjadi lebih murah hati juga tampaknya bermanfaat bagi anak-anak. Pada usia 4 dan 6 tahun, pencatatan fisiologis menunjukkan bahwa anak-anak yang mendonasikan token lebih banyak lebih tenang setelah kegiatan, dibandingkan dengan anak-anak yang menyumbangkan atau berbagi sedikit token. Mereka menulis bahwa “perilaku prososial mungkin secara intrinsik efektif untuk menenangkan gairah sendiri.”
Hastings menyarankan bahwa “bahwa prilaku berbagi yang mengarah pada sikap darmawan membuat perasaan baik, terbukti dalam penelitian ini perasaan ini membawa pada keadaan respiratory sinus arrhythmia (RSA) keadaan irama detak jantung menjadi lebih stabil.
Penelitian ini didukung oleh Fetzer Institute, Mindfulness Connections, dan National Institute of Mental Health.
Jurnal Referensi:
- Jonas G. Miller, Sarah Kahle, Natalie R. Troxel, Paul D. Hastings. 2020. The Development of Generosity From 4 to 6 Years: Examining Stability and the Biopsychosocial Contributions of Children’s Vagal Flexibility and Mothers’ Compassion. Frontiers in Psychology, 2020; 11 DOI: 10.3389/fpsyg.2020.590384
Post a Comment for "Sains: Apakah Memberi Lebih Baik daripada Menerima?"
Post a Comment